Penulis: Indra Rukmana
Newsdifabel.com — Berkedip adalah salah satu aktivitas gerakan kelopak mata yang ada dalam tubuh manusia. Dikutip dari KBBI, berkedip termasuk verba atau kata kerja dari kata dasar kedip.
Kedipan mata sering kali dijadikan aktivitas verifikasi dalam penggunaan aplikasi telepon pintar zaman sekarang. Seperti transportasi daring, dompet digital, juga aktivitas konvesional lainnya. Namun bagaimana jika kedipan mata justru menjadi bentuk diskriminasi bagi para difabel netra, alih-alih memudahkan?
“Saya merasa kesulitan dalam berkedip ketika sedang memesan transportasi daring. Perintah berkedip muncul dalam tampilan pemesanan transportasi tersebut.” ujar seorang guru difabel netra (37) yang tak mau disebutkan namanya.
Dia mengatakan, inilah kondisi dimana aksesibilitas aplikasi digital belum merambah semua lapisan. Seorang difabel netra tak bisa berkedip. Sementara dia sering menggunakan jasa transportasi daring untuk pergi dan pulang mengajar.
Pengalaman lain saat berkedip merupakan hal yang membutuhkan kesabaran saat log in dalam aplikasi uang digital.
Pekan kemarin, setelah membersihkan data dan saat log in ke aplikasi uang digital, reflek saat screen reader (pembaca layar) yang ada di smartphone, saya disuruh berkedip, dan spontan langsung muncul rasa kesal kepada aplikasi uang digital tersebut.” ujar seorang pemuda difabel netra (25). Dia harus berusaha keras untuk berkedip saat berhadapan dengan aplikasi uang digital.
“Nyesel, sih, udah bersihin data, saat coba log in, kondisi tak ada orang awas satu pun, langsung, deh, mengarahkan smartphone terutama bagian kamera depan untuk diarahkan ke wajah, meski mungkin belum pas rasanya. Namun saat sering dicoba lebih dari 10 kali, akhirnya bisa juga dengan bersusah payah.” pungkasnya.
Pemuda difabel netra yang juga seorang aktivis di kota udang menyayangkan, saat masyarakat, juga infrastruktur digiring menuju aksesibilitas, namun dunia digital bersikap sebaliknya.
“Mungkin ini dirasakan hanya sebagian difabel netra saja yang totally blind, bayangkan jika difabel netra yang memang, maaf, bola matanya tidak ada sejak lahir, dan kelopak mata tertutup. Hal inilah yang menjadi kendala serta diskriminasi bagi para difabel netra.” tuturnya.
Dari dua contoh kejadian ini, perlu ada perbaikan serta memberikan pemahaman kepada pihak pengembang aplikasi agar lebih memperhatikan aksesibilitas yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa ada diskriminasi sedikit pun.
Libatkan pihak terkait seperti difabel netra dalam pembaharuan aplikasi. Meski berkedip menjadi salah satu syarat keamanan akun dalam aplikasi tersebut, namun alangkah baiknya solusi lain selain berkedip dapat dilakukan tanpa mengucilkan para pengguna difabel netra.